Kemendag Dorong Digitalisasi Layanan Kesehatan

  • Cetak
JAKARTA, binews.id --

Pandemi Covid-19 tidak hanya mengguncang sektor ekonomi, tapi juga mengubah banyak aspek di sektor kesehatan. Dua tahun terakhir, peran layanan kesehatan digital cukup meningkat, baik di Indonesia maupundi India.

Hal tersebut mengemuka dalam forum bisnis Harnessing Digital Economy in India-IndonesiaHealth Sector Cooperationyang digelar Kementerian Perdagangan yang bekerja sama dengan KBRI New Delhi secara daring, pada hari ini, Selasa (2/11).

Forum bisnis tersebut merupakan bagian dari rangkaian pameran dagang tahunan internasional Trade Expo Indonesia ke-36 Digital Edition(TEI-DE). TEI-DE digelar pada21 Oktober—4 November2021 secara interaktif daring sementara showcaseberlangsung hingga20 Desember 2021.

Baca Juga

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi menyampaikan secara terpisah, "Digitalisasi dan integrasi harus terus didorong, termasuk di sektor layanan kesehatan. Selain mengurangi risiko penularan, layanan kesehatan digital juga dapat mendukung pemerataan kesehatan masyarakat. Salah satunya melalui konsultasi kesehatan jarak jauh atau telemedicine".

Pada sambutannya, Kuasa UsahaAd Interim KBRIdi New Delhi Mochammad Rizki Safary menjelaskan, "Indonesia dan India telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait kerja sama bilateral di bidang kesehatan pada kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke Indonesia pada Mei 2018 lalu. Kedua negara bersepakat untuk berkolaborasi dalam penelitian dan pengembangan bahan farmasi aktif (active pharmaceutical ingredients)dan peralatan medis berbasis teknologi informasi.

Rizki menambahkan, tindak lanjutnya adalah pertemuan joint working groupyang digelar Februari2019 di New Delhi, India. Indonesia mengumpulkan draf rencana aksi implementasi MoU yang termasuk sektor penelitian dan pengembangan dan berbagi pengalaman praktik kedua negara.

Layanan kesehatan digital dapat meningkatkan akses pasien ke layanan kesehatan, terutama di negara kepulauan seperti Indonesia dan area perdesaan yang infrastruktur kesehatannya tidak banyak tersedia. Masyarakat kelas menengah cenderung sangat sadar isu health and wellnessdan menuntut akses ke pelayanan yang lebih nyaman dan lebih baik.

Layanan kesehatan digital mampu menghadirkan layanan yang lebih baik dan terjangkau."Terdapat beberapa inisiatif yang digulirkan pemerintah Indonesia untuk membesarkan telemedicinedalam rangka melonggarkan tekanan yang dihadapi rumah sakit. Tren digitalisasi layanan kesehatan juga dipercepat oleh transformasi digital yang berlangsung selama pandemi Covid-19. Diharapkan diskusi dapat membawa ke pemahaman bagaimana Indonesia dan India dapat mengekplorasi berbagai peluang untuk memperdalam kerja samadi bidang kesehatan,"pungkas Rizki.

Turut hadir sebagai narasumber yaitu perwakilan PWC India Rana Mehta, perwakilan Kementerian Kesehatan Rico Mardiansyah, Associate Director & Project Director eSanjeevani Sanjay Sood, Commercial Group Head Siloam Hospitals Group IndonesiaAmelia Hendra, dan Senior Vice President Tata 1mg Varun Gupta. Bertindak sebagai moderator yaitu Charles Somara.Rana menguraikan tantangan industri kesehatan secara umum.

Secara umum, tantangannya meliputi populasi yang menua, biaya yang semakin mahal, kekurangan tenaga kesehatan terampil, infrastruktur yang tidak memadai, penyakit kronis yang semakin bertambah, akses yang tidak merata, dan meningkatnya kelas menengah."Untuk itu, perlu dibangun pondasi untuk kesuksesan telemedicine. Pertama, menciptakan pengalaman virtual yang sebanding dengan pengalaman riil pasien saat konsultasi.

Kedua, menggunakan teknologi yang pas. Ketiga, menciptakan regulasi yang kondusif dan dinamis. Keempat, membuat integrasi dengan sistem kesehatan yanglebih besar,"jelas Rana. Sementara itu, Rico menyampaikan potensi pasar kesehatan digital. Pada 2017, pendapatan layanan kesehatan digital di Indonesia sebesar USD 85 juta dan pada 2020, diperkirakan telah mencapai USD 726 juta.

"Dibutuhkan perbaikan layanan kesehatan di Indonesia. Sistem yang lebih baik akan meningkatkan kesehatan masyarakat yang berujung peningkatan ekonomi nasional,"ungkap Rico.

Digitalisasi layanan kesehatan telah diumumkan WHO sejak 2005 sebagai strategi untuk menciptakan layanan kesehatan yang lebih adil, terjangkau, dan universal. Sejak itu, 120 negara telah mengembangkan layanan kesehatan digital. Forum bisnis tersebut dihadiri 72 peserta yang terdiri darimasyarakat umum yang tertarik dengan dunia kesehatandandapat disaksikan kembali di tautan https://www.youtube.com/watch?v=qADvqztOiRg. (*/bi)

Editor: BiNews

Komentar

Berita Terbaru