Pemprov Sumbar dan Jateng Jalin Kerja Sama Strategis untuk Penguatan Ketahanan Pangan dan Pengendalian Inflasi

  • Cetak

SEMARANG, binews.id -- Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menjalin kerjasama strategis dengan Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dalam upaya pembangunan dan pengembangan ketahanan pangan. Kerjasama ini ditandatangani dalam sebuah acara di Kota Semarang, Jateng, pada Rabu (4/9/2024). Langkah ini diambil guna memperkuat pasokan pangan, mengantisipasi inflasi, serta memperbaiki mekanisme distribusi komoditas penting seperti beras, cabai merah, dan bawang merah.

Asisten II Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Sumbar, Arry Yuswandi, menyatakan bahwa Jateng merupakan salah satu daerah penyangga pangan strategis nasional. Provinsi tersebut memiliki kapasitas besar dalam produksi beras, cabai merah, dan bawang merah. Oleh karena itu, Sumbar memandang pentingnya bekerjasama dengan Jateng untuk mengatasi potensi kekurangan pasokan, terutama saat terjadi lonjakan harga yang berdampak pada inflasi daerah.

"Kami pernah mengalami inflasi akibat melonjaknya harga cabai merah pada bulan Ramadan lalu. Harga cabai sempat mencapai Rp100 ribu per kilogram. Untuk menanggulangi hal tersebut, kami mencari pasokan cabai merah dari Provinsi Yogyakarta dan berhasil mendapatkan 1,6 ton cabai, yang kemudian dijual ke masyarakat dengan harga Rp43 ribu per kilogram. Langkah ini berhasil menurunkan harga cabai di pasar menjadi Rp60 ribu," ujar Arry.

Baca Juga

Ia menambahkan bahwa melalui kerjasama ini, Sumbar tidak hanya fokus pada penyediaan dan distribusi pangan tetapi juga pada sektor informasi terkait ketahanan pangan, peningkatan sumber daya manusia, serta pengembangan pemasaran produk pangan olahan lokal. Sumbar juga berharap dapat mempelajari inovasi dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jateng, seperti Jateng Agro Berdikari, yang telah sukses membantu pengendalian inflasi daerah.

"Pengalaman Jateng dalam mengelola inflasi sangat penting bagi Sumbar. Kami sering masuk dalam 4 besar provinsi dengan inflasi tertinggi di Indonesia. Inovasi dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jateng akan sangat berguna bagi kami," tambahnya.

Sementara itu, Kepala Biro Perekonomian Pemprov Jateng, Juli Emilia, menjelaskan bahwa Jateng sebagai salah satu produsen utama bawang merah di Indonesia, terutama di Kabupaten Brebes, juga pernah mengalami tantangan terkait inflasi bawang merah. Bencana alam seperti banjir yang merusak area tanam bawang merah menjadi penyebab inflasi. Namun, berkat keberadaan daerah penghasil bawang merah lainnya, Jateng mampu mengendalikan inflasi komoditas tersebut.

"Inflasi di Jateng pada Agustus 2024 terkendali di angka 1,77 persen (year-on-year), lebih rendah dari rata-rata nasional yang sebesar 2,3 persen (yoy). Walaupun terkendali, kami terus berinovasi untuk menjaga stabilitas harga, dan kerjasama dengan Sumbar adalah salah satu upaya tersebut. Kami melihat potensi besar dari Sumbar, terutama Kabupaten Tanah Datar yang secara konsisten menjadi daerah dengan pengendalian inflasi terbaik di Sumatera," jelas Juli.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumbar, Irfan Sukarna, turut menekankan pentingnya kerjasama ini dalam memperkuat ketahanan pangan Sumbar. Jateng, menurutnya, merupakan provinsi terbaik dalam pengendalian inflasi di Pulau Jawa dan Bali pada tahun 2024. Ia menyatakan bahwa langkah-langkah inovatif yang telah dilakukan di Jateng bisa diadaptasi di Sumbar, namun harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah setempat.

Sebagai bagian dari kerjasama ini, juga dilakukan program peningkatan kapasitas (capacity building) untuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dari 19 kabupaten/kota di Sumbar. Selain itu, para peserta akan diajak untuk mengunjungi langsung sentra produksi padi dan cabai merah di Jawa Tengah, guna memahami lebih jauh cara pengelolaan yang efektif di daerah tersebut.

Dengan adanya kerjasama ini, Sumbar berharap dapat meningkatkan ketahanan pangan sekaligus mengendalikan inflasi, terutama pada komoditas-komoditas pangan yang strategis.

Komentar

Berita Terbaru