Ketika sekitar seminggu istirahat total, saya sangat bersyukur. Sama sekali tidak ada penyesalan. Bahkan berterima kasih kepada TUHAN karena dengan cara itu "memerintahkan" saya untuk di rumah saja, tidak kemana-mana.
Jika sehat, pasti saya sudah jalan ke berbagai kota. Dengan agenda utama silaturahim serta melaksanakan Sharing Komunikasi dan Motivasi.
Dengan sakit untuk sementara langkah saya terhenti. Di rumah saja. Fokus pada pemulihan kesehatan sambil melaksanakan aktivitas lainnya termasuk menyapa teman-teman.
Selama pemulihan menuju sehat, saya tetap melakukan hobi saya. Membantu sesama sesuai kemampuan saya.
Banyak teman yang kontak saya. Selain menyapa, mereka menyampaikan permohonan bantuan. Wujudnya beragam. Mulai yang ringan, sedang, hingga yang butuh ekstra pemikiran dan lobi.
Satu-persatu saya tuntaskan. Tanpa menginfokan kepada mereka tentang kondisi saya. Kelihatannya normal saja.
Saat membaca tulisan berjudul "Kepekaan para Sahabat: Langsung Mendoakan Segera Sembuh" teman-teman itu kaget. Tidak menyangka saya membantu mereka, saya sedang sakit.
Wajar sikap mereka seperti itu, sebab tidak melihat kondisi fisik saya. Terpenting semuanya beres. Saya bisa membantu urusan mereka sampai tuntas.
Saya sangat bersyukur bisa melakukan itu. Sakit fisik tidak mengurangi kualitas perhatian pada sesama. Apalagi membantu mereka yang membutuhkan.
Niat, tekad, dan upaya saya selama ini, dalam kondisi apa pun, berusaha membantu mereka yang bisa saya bantu. Tanpa melihat latar belakangnya. Itu juga dilakukan kepada mereka yang belum saya kenal sebelumnya.
Semua itu selain telah "mendarah daging" dalam diri saya, juga melaksanakan pesan yang selalu disampaikan kedua orang tua saya: almarhum Ibu Asmi Samad dan Bapak Syaifuddin. Di mana pun berada agar proaktif membantu siapa saja.
Kebiasaan positif itu makin optimal saya lalukan setelah meyakini bahwa ketika membantu apa saja dengan ikhlas, pada dasarnya menolong diri sendiri. Sama sekali tidak ada ruginya. Sedangkan untungnya banyak sekali buat orang yang melakukannya.
*
Saat sakit, saya sama sekali tidak merahasiakannya. Ada sementara orang yang tidak mau orang lain tahu bahwa dirinya sakit. Sehingga berusaha menunjukkan dirinya sehat.
Realitanya dia sakit. Itu sama dengan membohongi diri sendiri. Bahkan cenderung menyiksa diri sendiri karena tidak berkata jujur apa adanya.
Kenapa sakit harus dirahasiakan? Ini kan bukan aib. Selain itu, setiap orang pasti pernah sakit. Skalanya beragam. Ada yang ringan, sedang, dan berat.
Menginformasikan diri sedang sakit kepada orang lain bukan untuk dikasihani. Apalagi mengharapkan yang lainnya.
Ketika menginfokan sedang sakit, saya hanya berharap satu dari mereka yakni doa agar segera sembuh. Selama ini saya yakin sekali dengan kekuatan doa. Semakin banyak yang mendoakan, atas izin TUHAN, bisa membuat cepat sembuh.
Tidak hanya itu. Di antara mereka, selain mendoakan, ada juga yang memberikan saran pengobatannya. Jika tidak bertentangan dengan obat-obatan dari dokter, saya tanpa ragu melaksanakannya.
Namanya usaha. Apa pun hal positif, tidak ada salahnya dilaksanakan. Terpenting melakukannya dengan penuh keyakinan, sehingga sakitnya sembuh.
Seminggu istirahat pada pemulihan kesehatan, saya mendapat banyak pelajaran dan pengalaman berharga. Semuanya sangat bermanfaat buat saya. Alhamdulillah...
Semoga ke depan selalu sehat dan melaksanakan berbagai aktivitas produktif yang bermanfaat buat sesama. Aamiin ya robbal aalamiin...
>>>Dari Bogor sambil menyapa teman-teman, saya ucapkan selamat berusaha mengambil hikmah dari setiap kejadian. Salam hormat buat keluarga. (*)
Komentar